Menuju Uji Terbuka Calon Formatur yang Kritis dan Berbasis Aksi

Chan
4 min readAug 11, 2023

Pekan ini, Panitia Pemilihan Pusat menyelenggarakan Uji Terbuka Calon Formatur sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Muktamar XXIII. Kegiatan yang terbagi menjadi dua sesi ini menghadirkan sepuluh kandidat formatur dan dua panelis pada tiap sesinya. Pada sesi pertama (9/8) yang dimoderatori oleh Ulima Nabila Adinta (Direktur Lembaga Media dan Komunikasi PP IPM), hadir sosok Deni Wahyudi Kurniawan (Ketua Umum PP IPM 2008–2010) dan Norma Sari (Perkaderan PP IPM 2002–2004). Kemudian, sesi kedua (11/8) yang dimoderatori oleh Alfreda Fathya (Direktur Lembaga Pustaka Pelajar PP IPM) mengundang Mohammad Mudzakkir (Ketua Umum PP IPM 2006–2008) dan Dyah Puspitarini (Ketua Perkaderan PP IPM 2006–2008).

Selain menuai apresiasi positif berupa pujian dan sambutan baik dari para panelis dan audiens, forum Uji Terbuka ini sudah sepatutnya menerima apresiasi konstruktif, yaitu kritik.

Namun sebelum itu, pertama-tama ada baiknya kita mengenal konsep UKK atau FPT yang melatarbelakangi keberadaan kegiatan Uji Terbuka tempo hari lalu.

FPT 101

Sebagaimana namanya, Uji Kelayakan dan Kepatutan (UKK) atau yang juga dikenal sebagai Fit and Proper Test (FPT) merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui kesiapan peserta dalam menempati posisi struktural dan fungsional yang dituju.

Pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 2004, FPT bertujuan untuk mencegah adanya tindakan korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh pimpinan dalam organisasi tertentu. Selain menguji wawasan pengetahuan peserta, kita dapat melihat karakter peserta sebagai individu dan menilai kemampuannya dalam bekerja melalui FPT. Keberadaan FPT dapat dikatakan memberikan jaminan pada anggota instansi dan mitra kerja untuk menempatkan rasa percaya pada pimpinan yang bertugas.

Uji Terbuka Calon Formatur: Masih Seputar Gagasan, Gagasan, dan Gagasan

Kegiatan Uji Terbuka Calon Formatur Muktamar XXIII merupakan momentum pertama kalinya IPM menerapkan konsep FPT. Sebagai respon terhadap gagasan yang ditulis oleh Mas Yusuf Yanuri pasca Muktamar XXII, keberadaan forum ini merupakan kemajuan bagi IPM.

Meskipun begitu, sejujurnya saya jadi resah ketika melihat bagaimana Uji Terbuka ini berjalan.

Mengandalkan pengalaman saya mengikuti proses FPT di kampus, saya berangkat menyaksikan Uji Terbuka dengan harapan dapat mendengar calon formatur mengelaborasikan gagasan visionernya ke dalam grand design yang cermat nan inovatif.

Penantian terhadap paparan rencana kerja yang sistematis terhenti pada narasi-narasi berbagai isu yang hanya dapat disampaikan dalam durasi kurang dari 10 menit termasuk dengan sesi tanya jawab. Waktu yang terbilang sangat singkat untuk dapat mendengar bagaimana gagasan dapat diejawantahkan menjadi visi kepemimpinan yang berlandaskan pada analisis dan indikator keberhasilan tertentu.

Apabila tujuannya hanya sekadar melihat sensitivitas kandidat terhadap tema-tema yang diangkat, saya rasa hal ini dapat dicapai dengan mudah dalam kegiatan-kegiatan pelatihan seperti TM 3, TMU maupun pelatihan tematik seperti Ecoliteracy Camp, Sekolah Adil Gender, dan sebagainya. Akan tetapi, berbeda dengan forum tersebut, Uji Terbuka Calon Formatur perlu membuat peserta mendemonstrasikan kebijaksanaannya dalam memimpin estafet gerak organisasi.

Pikir saya, yang ingin kami dengar dari para calon pimpinan bukan hanya perihal identifikasi isu strategis apa yang perlu dikawal oleh IPM di masa depan, melainkan posisi dan potensi IPM juga keterkaitannya dengan isu-isu tersebut serta langkah nyata dan terukur macam apa yang perlu IPM ambil kedepannya.

Saran yang Dapat Dipertimbangkan

Tentu, alokasi waktu presentasi menjadi catatan utama untuk program FPT-FPT berikutnya. Dengan memberikan durasi waktu yang cukup, kita tidak hanya memberikan kesempatan pada panelis dan audiens untuk memahami kandidat-kandidat yang ada tetapi juga memberikan kesempatan pada kandidat untuk membuktikan kualitas dan kecakapan dirinya sebagaimana seharusnya.

Perihal substansi presentasi, berdasarkan diskusi yang saya lakukan dengan salah satu kader yang tak lagi asing dengan FPT, kami sepakat bahwa penting bagi para kandidat untuk memaparkan visi misi kepemimpinan serta program utama yang menjadi fokus inovasi gerakan. Hal ini meliputi, seminimal-minimalnya, ringkasan analisis pendekatan dan indikator keberhasilan yang digunakan. Tentu ada komponen-komponen lain dalam grand design yang dapat ditambahkan, tetapi adanya dua unsur tersebut kiranya cukup sebagai langkah awal.

Terakhir, perihal bahasa. Kebebasan untuk menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris sudah sepatutnya perlu dimanfaatkan oleh panelis dan khususnya kandidat formatur. Keresahan karena rasa malu yang timbul akibat tidak mampu secara aktif berbahasa Inggris merupakan perkara yang dapat diantisipasi dengan kepala dingin.

Bahasa adalah instrumen. Ketidakmampuan menggunakan instrumen asing adalah sesuatu yang sangat lumrah. Selama tidak terbatasi oleh aturan tertentu, pilihlah instrumen yang terasa familiar, mahir digunakan, dan masih sesuai dengan ketentuan.

Perlu diingat oleh para kandidat bahwa poin penting dalam Uji Terbuka bukanlah apakah calon formatur pandai berbahasa asing (yang pandai jelas pantas diapresiasi), tetapi apakah calon formatur dapat mengelaborasikan gagasannya dengan jelas, tepat, dan ringkas.

Meskipun demikian, jangan sampai penggunaan bahasa asing menjadi momok menakutkan bagi kader. Jangan sampai pelajar berkemajuan bersikap defensif ketika diajak untuk menunjukkan kualitas berkemajuannya.

Demikian, besar harapan saya IPM dapat mempertahankan prinsip transparansi dan akuntabilitasnya melalui forum Uji Terbuka Calon Formatur.

Sebagai catatan, tulisan ini tidak dibuat dalam rangka men-diss budaya baik yang dimulai oleh Panlihpus pun tidak bermaksud mengecilkan usaha yang telah dikerahkan kandidat formatur yang saya hormati. Komparasi yang saya lakukan terhadap apa yang ada di IPM dengan apa yang saya biasa alami di perkuliahan semata-mata dilakukan untuk berbagi hal-hal yang kiranya dapat diteladani guna memajukan kepemimpinan IPM.

--

--