Ucapan Selamat Ulang Tahun dari Kader Males-Malesan

Chan
8 min readJul 18, 2023

Ngga pernah terpikirkan olehku aku akan sampai pada titik ini.

9 tahun yang lalu Nurma hanyalah bocah SMP yang awam tentang IPM. Yang masih suka minder untuk berbicara di depan umum, yang hanya tahu IPM sebatas ranting pun juga ngga kenal orang-orang daerah atau wilayahnya, yang pusing memahami SPI.

Aku tidak tahu harus mengucapkan hamdalah atau innalillah karena kini aku telah melampaui ketiganya.

Karena, tidak seperti kader-kader lainnya yang militan dan super dedicated untuk organisasi — menurut review beberapa orang yang secara pribadi sudah kusepakati — aku adalah kader yang males-malesan.

Kok bisa sampe sini? Katanya kader males-malesan?

Bingung kan?

Sama, aku juga bingung hehe *emoji minta maaf*

Tapi kalo nunggu masuk surga biar ngga bingung kayanya kelamaan (selain belum tentu bakal masuk), jadi coba kita uraikan kebingungannya di sini melalui cerita ini :D

Semua bermula dari pertemuanku dengan Mas Nabhan dan Mba Nabila.

Dari kiri: Kak Nadila dengan gaya metal, Mba Nabila, Mas Nabhan, Mba Is, dan aku

Bali, Agustus 2021
Masa-masa suntuknya aku di IPM

Sejak berorganisasi di tahun 2014, sering kali aku terjun bebas ke dalam fase slump. Fase demotivasi.

Jenuh dengan perjuangan di wilayah yang tak kunjung menunjukkan perkembangan. Insecurity yang meningkat saat berada dalam forum regional atau nasional dimana aku perlu berhadapan dengan kader-kader yang secara usia dan pemikiran lebih matang. Perasaan sepi dan sendiri yang dimiliki sebagai sosok yang lebih pandai bergulat perihal pemikiran dan ideologi dibanding eksekusi. Yah, persoalan organisasi pada umumnya lah.

Dan dalam kesuntukan itu, aku bertemu dengan dua manusia unik yang penuh energi positif, Nabhan Mudrik Alyaum dan Ulima Nabila Adinta.

Hadir sebagai Master of Training dan Master of Game Pelatihan Kader Madya Taruna Melati Bali 2021, keduanya memberikan warna baru dalam hidupku yang kelabu (anjay).

Selain keduanya, interaksi dengan teman-teman peserta dari berbagai daerah yang tergabung sebagai peserta pelatihan berhasil memberikan sedikit harapan kecil untukku.

Tahun itu aku yakin bahwa PKMTM 3 Bali 2021 merupakan life changing moment bagiku.

PW IPM Kucing (nama grup Whatsapp kami)

Dan benar saja, PKMTM 3 Bali berhasil mengubah garis hidupku.

Sepanjang pengalamanku menjadi fasilitator, mungkin pada kesempatan inilah aku memahami amanah yang fasilitator emban.

Tim Fasilitator PKMTM 3 NTB 2021

NTB, September 2021
PKMTM 3 NTB

Ajakan Mas Nabhan untuk menjadi observer di PKMTM 3 NTB 2021 membuka cakrawala wawasanku tentang warna dan kultur perkaderan yang berbeda di setiap wilayah.

Yang awalnya problemku hanya itu-itu saja, berkat kegiatan ini aku berhasil menemukan tantangan baru dimana aku dituntut untuk mampu beradaptasi dengan peserta dan wilayah yang kufasilitasi juga kawan-kawan fasilitator lain yang sebelumnya tidak kukenal.

Hal lain yang menyenangkan dari momen PKMTM 3 NTB adalah petulanganku dengan Kak Hafez, Mba Nabila, dan Mas Haris menjelajahi pulau Lombok, Gili Trawangan, dan Sumbawa (kapan-kapan akan kuceritakan di Instagram!)

Hari-hari di NTB yang penuh rasa bersyukur mengundang diriku untuk merefleksikan apa yang berhasil membawaku ke titik tersebut dan harapanku untuk dapat merasakan keseruan yang sama di masa depan.

Setelah melalui penantian panjang, tuntas juga wishlist-ku untuk bisa bertandang ke kota yang pernah kudambakan.

Maaf norak dikit, pernah obsesi sama Jogja pada masanya

Jogja, Januari 2022
Rapat Kerja dan Training of Trainer LFP x LAPSI PP IPM

Setelah secara konsisten menolak tawaran dan desakan teman-teman untuk bergabung dengan PP IPM, akhirnya usaha mereka membuahkan hasil. Aku pun bergabung dengan ̶P̶P̶ ̶I̶P̶M̶ Lembaga Fasilitator dan Pendamping PP IPM.

Setelah memfasilitasi PKMTM 3 NTB dan juga Sumatera Barat secara daring, aku sadar bahwa aku menyukai pekerjaan fasilitator. Aku suka melihat dan terlibat dalam perkembangan seseorang. Dan kupikir bergabung dengan LFP dapat membantuku mengeksplorasi minat dan kemampuanku.

LFP dan LAPSI PP IPM w/ Cak David

Sejujurnya awalnya aku agak cemas karena tidak ada siapa-siapa yang kukenal di LFP dan LAPSI. Namun, ternyata berada dalam lingkungan baru tidak semenyeramkan itu. Aku berhasil mengenal orang-orang baru dan menjalin pertemanan dengan mereka.

Selain itu, di momen ini juga aku untuk pertama kali menginjakkan kaki di Sekretariat PP IPM di Jogja. Pertama kalinya juga bertemu teman-teman PP IPM selain Mas Nabhan, Mba Nabila, Kak Nadila, dan Mas Haris.

Overall, this event left a good impression on me.

I wonder what comes next.

Ketika aku bertanya-tanya apa yang akan datang di masa depan, PKPTMU tidak masuk ke dalam perhitunganku.

NTB (lagi), Maret 2022
Pelatihan Kader Paripurna Taruna Melati Utama

Sial, sial, sial.

Waduh, waduh, waduh.

Dua kata yang secara konstan kuucapkan dalam hati ketika masa pendaftaran PKPTMU 2022 dibuka oleh PP IPM.

Satu hal yang telah kuprediksi dan juga kusesali sejak awal mengenal teman-teman di jajaran Pimpinan Pusat adalah adanya dorongan dan desakan yang mereka berikan padaku untuk terus melanjutkan perjalanan organisasi sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Apalagi aku yang kelahiran 2002 ini masih mempunyai banyak waktu. Semakin menjadi-jadilah kicau orang-orang di sekelilingku.

Seharusnya teman-teman yang membaca ini sedikitnya sudah tahu, tapi kalau belum maka akan kukatakan dengan jelas: aku adalah seseorang yang nihil ambisi.

Keinginanku sederhana: hidup yang biasa-biasa saja.

Menjalani tugas fasilitator yang begitu-begitu saja. Berinteraksi dengan orang-orang baru pada masanya. Berhenti berorganisasi ketika sudah cukup periodenya.

Lihat kan? TMU tidak masuk dalam list kehidupan medioker yang kuinginkan.

Pemikiranku adalah jika aku ikut TMU, maka aku akan terseret ke dalam arus kehidupan yang tidak kuekspektasikan. Ya, mungkin tidak ujug-ujug aku jadi PP lalu berkutat dengan persoalan kader skala nasional, tapi kan ada kemungkinan untuk bisa sampai ke titik itu, pikirku.

Kuulur-ulur waktu untuk tidak mendaftar TMU dengan menyibukkan diri mengurus pendaftaran beasiswa kuliah dan segala macamnya. Namun, sesuai dugaan, reminder untuk segera mendaftar datang tak lain dan tak bukan dari the one who got me here, Nabhan Mudrik Alyaum.

Mungkin aku memang punya penyakit kronis bernama ga enakan atau mungkin aku sekedar lemah pada desakan. Intinya yaudah deh iyaa daftar deeh *nada kurang ikhlas*

Soal daftar mendaftar boleh jadi hasil desakan, tapi harapan dan motivasi ikut pelatihan adalah sesuatu yang kuhasilkan sendiri melalui perenungan. Karena link menuju motivation letterku sudah kutautkan, aku akan berbagi secara singkat saja di sini.

Sebagai seseorang yang tumbuh di bawah naungan IPM Bali, aku terbiasa untuk berlari. Berlari mengejar ketertinggalan dari teman-teman IPM di daerah Jawa. Berlari mengejar kecakapan dan kedalaman wawasan teman-teman peserta TM 3 yang sudah S1 bahkan mau S2 (FYI, aku ikut TM 3 saat masih kelas 3 SMP (kader madya yang prematur)). Berlari mengejar bayang-bayang IPM yang lebih maju dari wilayah lain sampai lupa mengukur seberapa jauh perjalanan yang sudah ditempuh aku dan kawan-kawan Bali.

Bertemu dengan manusia apresiatif seperti Mas Nabhan dan Mba Nabila lalu mengeksplorasi batas kemampuanku lewat kegiatan-kegiatan di luar wilayah sendiri membuatku sadar bahwa sebenarnya aku baik-baik saja.

Bahwa sebenarnya, aku dan teman-teman Bali tidak seburuk yang kami kira.

Dan bahwa sebenarnya, kami — IPM Bali tidaklah kecil.

Itulah yang ingin kuusahakan melalui keikutsertaanku dalam TMU. Aku ingin kesadaran personalku bisa kudemonstrasikan dan kutularkan kepada teman-teman di wilayahku. Supaya, terlepas dari tantangan apapun yang mereka hadapi, mereka dapat dengan bangga berkata bahwa mereka adalah bagian dari IPM Bali.

…Aish, kupikir aku tidak akan jadi sentimental ketika menuliskan ini kembali, tapi rupanya kekuatan dari kata-kata yang kutulis di surat motivasi itu masih tersisa.

Mari bernafas sejenak sebelum lanjut ke paragraf berikutnya.

Inhale.

Exhale.

Huft… lanjut!

Dapat dikatakan PKPTMU 2022 menjadi ajang pembuktian diriku pada diri sendiri.

Begini begini. Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, ketika kita terbiasa menganggap diri sendiri rendah dan menyepelekan kemampuan yang kita miliki, kita jadi tidak tahu nilai diri sendiri dan ketidaktahuan itu dapat mengarah pada ketidakmampuan untuk menavigasi masa depan yang hendak kita jalani.

Setelah terakhir mengikuti perkaderan TM 3 di tahun 2017 dengan perasaan bahwa aku dituntut untuk berlari mengejar peserta yang lain, rupanya TMU tidak membuatku merasa seperti itu. Ternyata aku bisa mengimbangi teman-teman peserta yang lain. Ternyata aku yang selalu merasa kurang dan tidak mampu ini berhasil mendapatkan apresiasi dari fasilitator-fasilitator seperti fasilitator pendampingku, Mas Dedi.

❤ Bersama kelompok Family Group ❤
Output materi AI dan SOAR dari Teh Herni!

Aku pulang dari TMU dengan membawa dua hal.

Yang pertama adalah kepuasan terhadap diriku sendiri. Setidaknya aku sudah bekerja keras menyerap segala ilmu dan pengalaman dari pelatihan sembari menuntaskan UTS dan proses wawancara beasiswa.

Dan yang kedua adalah keresahan karena ternyata berdiskusi dengan banyak kepala itu tidak mudah dilakukan. Satu dari sekian hal yang membuatku enggan untuk mengiyakan.

Kepindahanku ke Jakarta pasca purna dari PW IPM Bali membawaku semakin dekat dengan tawaran teman-teman Perkaderan PP. Sayang, aku terlalu keras kepala dan tidak tahu diri untuk membuka hati.

September tiba dan aku kembali ke Jogja untuk mendiskusikan perubahan SPI dengan teman-teman Tim Redaksi SPI Baru. Sebentar saja, lalu aku kembali pada kehidupan perkuliahanku di ibukota.

Selama beberapa bulan setelahnya, aku banyak merenungkan harapanku yang ternyata tidak mudah tercapai terlepas dari akses yang kumiliki saat itu sebagai bagian dari lembaga. Lalu, aku pun memikirkan peluang yang dapat kuambil untuk membawa perubahan pada hidupku yang kembali stagnan.

Hingga akhirnya, November 2022 tiba dan setahun yang penuh penolakan kututup dengan penerimaan.

Pertimbanganku sederhana, sepertinya aku bisa lebih berkembang bersama kawan-kawan PP IPM.

Setidaknya, itu yang kuharapkan.

Dan sejauh ini, aku telah mendapatkan lebih dari apa yang kuharapkan.

Kerja-kerja di Kopdarnas Perkaderan, Tim Redaksi SPI Baru, Tim Fasilitator PKP TMU 2023, Tim Fasilitator Sekolah Filsafat, juga pekerjaan fundamental pimpinan dan kader paripurna sebagai tempat bernaung dan tempat berbagi untuk mencerahkan; semuanya adalah hal yang tak pernah sekalipun terbersit dalam benakku akan kuemban. Akan tetapi setelah kujalankan, ternyata ada banyak pembelajaran dan pengalaman baik yang berhasil kudapatkan.

Untuk itu, kuucapkan selamat hari jadi pada ikatan yang tidak pernah bosan merawat aku si kader males-malesan.

Terima kasih sudah mempertemukan aku dengan ruang dan orang-orang tempatku belajar dan berkembang.

Terima kasih sudah mempertahankan dan menerimaku yang selalu melengos, mengeluh, dan melontarkan ujaran pesimis juga ironis selama mengemban kepercayaan.

Terima kasih sudah membesarkan dan membiarkan aku tumbuh di dalam dirimu hingga kini kamu pun berhasil tumbuh dalam hatiku.

Jangan pernah lelah bertahan dan berinovasi membawakan pembaruan meskipun kadermu yang satu ini suka berdoa agar kamu segera bubar (itu coping mechanism supaya tetap waras sebagai pimpinan *insert emoji maaf*).

Dan mohon maaf, tulisan ini tidak akan kuakhiri dengan ujaran IPM Jaya karena itu bukan gayaku.

Intinya, selamat ulang tahun ke-62.
Semoga kadermu waras, sejahtera, dan sentosa. Dilimpahi rezeki untuk berangkat Muktamar ke Sumatera Utara.

Salam hangat,
Nurma si Kader Males-Malesan

--

--